Sunday, November 16, 2014

Berbagi Sebagai Wujud Rasa Syukur -- Siti Nafiah

Bukankah setiap umat muslim
wajib menyisihkan
2,5 % rezeki yang mereka peroleh untuk berbagi dengan sesamanya yang
membutuhkan? Karena alasan itulah saya selalu tergerak untuk berbagi dengan mereka yang kekurangan. Zakat
mal yang kita keluarkan sesungguhnya akan sangat membantu  mereka untuk merasakan kebahagiaan pula.
berinfaq dan bersedekah kepada sesama adalah halyan g wajib kita lakukan untuk membantu  semua umat manusia. Tidak ada yang mustahil bagi Allah untuk membuka jalan rezeki kita ketika kita mau berbagi. Maka dari itu, saya selalu berdoa kepada Allah agar selalu memberikan saya kesempatan agar dapat selalu membantu mereka yang kekurangan.
Seperti halnya kematian dan jodoh, rezeki itu termasuk rahasia Allah, tak akan ada yang tahu tentang rezeki yang akan kita dapatkan. Oleh karena
itu, saya selalu berharap Allah memberikan rezeki untuk mereka, dan jika rezeki itu melalui saya maka berarti saya berkewajiban berbagi rezeki kepada mereka.
Selama ini Allah memberikan saya rezeki yang cukup, oleh karenanya untuk mengekspresikan rasa syukur ini salah satunya adalah dengan berbagi. begitu banyak manfaat yang telah saya peroleh dari berbagi ini, saya seakan dapat merasakan apa yang mereka rasakan.

Ketika pergi ke panti asuhan saya melihat begitu banyak anak yatim piatu yang tak lagi menikmati kasih sayang orang tuanya. Melihat nasib mereka terasa begitu miris. jika dibandingkan dengan saya yang diasuh dan juga dirawat begitu baik oleh bapak-ibu dan yang serba berkecukupan.

Ketika melihat mereka, tidak hanya kekurangan kasih sayang namun juga hidup kekurangan. Sebab itulah saya selalu berupaya senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada saya, dengan berbagi apa yang saya miliki.

Apa yang kita peroleh dari Allah sesungguhnya hanyalah titipan saja, inilah yang membuat saya selalu percaya dan yakin bahwa ketika kita berbagi, maka Allah pasti akan mengembalikan apa yang telah kita keluarkan dalam bentuk sedekah atau infak dan membalas amal kebaikan kita. Ketika kita mempunyai rezeki lebih namun enggan untuk berbagi maka niscaya rezeki
tersebut tak akan pernah awet. begitu banyak orang yang
kesusahan dan membutuhkan uluran tangan kita, dan seperti halnya mereka suatu, saat kitapun akan membutuhkan uluran tangan mereka. Pelajaran tentang kehidupan kadang saya dapatkan dari sebuah perjalanan.
Ketika saya melintas di perempatan jalan raya, saya melihat seorang kakek yang sudah tua renta dan dengan kaki yang tak bisa berjalan maka ia menariknya dengan susah payah masih berusaha mempertahankan hidupnya dengan mengais rezeki. Hati saya pun tergerak untuk membantunya  berjalan. Saya belajar mengasah kepedulian melalui peristiwa seperti ini. Hal ini yang akhirnya membentuk rasa empati terhadap orang- orang yang kurang mampu yang saya temui.

Dengan mengasah kepedulian apalagi dilandasi dengan ungkapan rasa syukur atas nikmat Allah yang kita miliki, Insya Allah akan mempertebal keimanan.
Ketika kita berbagi, sebenarnya kita juga belajar merasakan bagaimana menjalani kehidupan seperti orang yang kita bantu. bagi saya, peduli terhadap sesama dapat menepiskan rasa sombong yang kapan saja menghinggapi diri kita. Apalagi sifat riya yang seringkali tidak terasa kita lakukan. Na’udzubillah. Saya sangat meyakini Allah akan menghindarkan sifat-sifat
itu jika kita membiasakan berempati dengan berbagi dengan orang lain.
Allah jelas-jelas menjamin pahala orang yang bersedekah akan tetap mengalir meski sudah meninggal dunia. Subhanallah, sungguh indah dan beruntungnya jika saya dapat istiqomah menjalani kehidupan ini dengan berbagi.

Semoga saya dan keluarga mempunyai keteguhan hati dalam mensyukuri nikmat Allah dengan berbagi apapun yang kami miliki. begitupun bagi orang-orang yang berlapang rezeki dan menyedekahkan kepada orang yang membutuhkan.  Semoga Allah membalas dan meridhai amal baik kita di dunia dan menjadikannya catatan amal untuk akhirat. Amin.  naskah:
aissah vara | foto: dian laksana

No comments:

Post a Comment